Taman Balekambang, Tanda Cinta Seorang Ayah

Sabtu, 25 Januari 2014

 














Taman ini menjadi simbol besarnya kecintaan seorang ayah kepada putrinya. Taman Balekambang yang didirikan pada 26 Oktober 1921 merupakan persembahan Kanjeng Gusti Pangeran Aryo Adipati Mangkunegoro VII kepada kedua putrinya, Gusti Raden Ayu Partini Husein Djayadiningrat dan Gusti Raden Ayu Partinah Sukanta.

Ketika awal didirikan, taman yang asri ini belumlah dinamakan Taman Balekambang. Ada dua nama yang disematkan pada taman ini, karena taman ini memang terdiri dari dua bagian. Yang pertama adalah Partini Tuin (Taman Air Partini), sementara yang kedua adalah Partinah Bosch (Hutan Partinah).

Di Partini Tuin, terdapat sebuah kolam besar dan sebuah kolam renang dengan dua buah balai. Balai pertama bernama Bale Apung. Di masa awal didirikan, balai ini digunakan sebagai tempat bersantai, berkumpulnya anggota keluarga kerajaan. Balai ini pula yang menjadi alasan penamaan “Balekambang”. Karena terletak di dekat sebuah kolam besar, jika dilihat dari kejauhan, balai ini akan terlihat seperti mengambang.

Di kolam besar ini, juga terdapat jasa penyewaan perahu yang dapat digunakan pengunjung untuk berkeliling kolam. Selain itu, pada waktu-waktu tertentu, kolam ini digunakan sebagai arena lomba pemancingan.

Balai satu lagi bernama Bale Tirtayasa. Di masa lalu, balai ini berfungsi sebagai tempat berganti pakaian anggota kerajaan yang ingin berenang. Di depan balai ini, terdapat sebuah kolam renang yang saat ini sudah tidak lagi dapat digunakan.

Beralih ke bagian taman yang lain, Partinah Bosch merupakan taman indah yang menyimpan berbagai koleksi tanaman langka, seperti beringin putih, beringin sungsang, kenari, dan lainnya. Di taman ini, hidup dengan bebas kawanan angsa, kera, dan rusa. Pengunjung pun dapat duduk-duduk santai di bangku-bangku yang disediakan di sekitar area taman.

Jika ingin berkeliling taman tanpa berjalan kaki, di sini terdapat jasa penyewaan kereta wisata. Ada kereta yang harus digenjot oleh para penumpangnya, ada pula kereta yang ditarik oleh kuda. Taman ini pun dilengkapi dengan fasilitas wifi gratis.

Di bagian paling belakang, terdapat Taman Reptil Balekambang. Taman ini baru diresmikan pada tahun 2012. Hadirnya taman ini tidak terlepas dari banyaknya komunitas pecinta reptil yang berkumpul di Taman Balekambang. Karena komunitas tersebut tidak memiliki tempat yang tetap, dibangunlah taman reptil ini. Seluruh koleksi yang ada di taman reptil ini merupakan sumbangan dari komunitas pecinta reptil. Selain itu, perawatan sehari-hari koleksi reptil di sini juga menjadi tanggung jawab komunitas pecinta reptil.

Tidak hanya berbagai jenis reptil, di Taman Reptil Balekambang juga terdapat batu istimewa yang bernama Batu Asmara. Batu Asmara merupakan pecahan meteor yang jauh di sekitar Kota Solo. Di kawasan Taman Balekambang, terdapat dua Batu Asmara. Satu di dalam Taman Reptil Balekambang, sementara satu lagi di sebelah timur Taman Balekambang.

Tidak sekadar tempat bersantai, Taman Balekambang juga menjadi salah satu tempat berkembangnya berbagai seni asal Kota Solo. Di sini, terdapat dua tempat pertunjukan, panggung luar dan gedung pertunjukan. Panggung luar mampu menampung sekitar 1.000 penonton. Panggung ini biasa digunakan untuk pementasan Sendratari Ramayana setiap malam bulan purnama. Pertunjukan ini terbuka untuk umum, tidak dipungut bayaran. Selain itu, pertunjukan musik keroncong, tembang kenangan, serta musik-musik lainnya pun sering diadakan di panggung ini.

Sementara, gedung pertunjukan mampu menampung sekitar 300 penonton. Gedung pertunjukan ini menjadi tempat rutin diadakan pagelaran ketoprak, setiap Sabtu malam. Kelompok ketoprak sudah berkembang di Taman Balekambang sejak akhir 1970-an. Bahkan, kelompok ketoprak yang berkembang di taman ini mampu menghasilkan komedian ternama, seperti Nunung, Mamiek Prakoso, dan Gepeng.

Pada awal dibangun, Taman Balekambang hanya dapat diakses oleh anggota keluarga kerajaan. Baru pada masa pemerintahan Kanjeng Gusti Pangeran Aryo Adipati VIII taman ini dibuka untuk umum. Dalam perjalanannya, taman ini sempat ditinggalkan dan tidak terurus. Revitalisasi Taman Balekambang dilakukan Pemerintah Kota Solo pada 2007.

Secara keseluruhan, Taman Balekambang memiliki luas 9,8 hektare. Sampai saat ini, baru bagian barat taman yang selesai direvitalisasi (seluas 5,4 hektare). Untuk masuk ke taman ini, pengunjung tidak dipungut biaya masuk. Pengunjung cukup membayar tiket parkir.

0 komentar:

Posting Komentar

Diberdayakan oleh Blogger.

Popular Posts

Blogroll

About

Blogger news