(Analisa
Penelusuran Isi Kitab Pararaton)
Created : Ejang
Hadian Ridwan
Pendahuluan
Sungguh suatu pencaharian yang teramat sulit dan
melelahkan untuk menemukan jejak si pembuat atau pengarang dari kitab
Pararaton, yang menjadi referensi atau sumber informasi sejarah dan sangat
mendominasi alur cerita sejarah masyarakat Indonesia.
Setidaknya kitab ini sangat mempengaruhi
informasi dan arah sejarah nusantara tempo doeloe. Rasanya sudah bosen
menelusuri dan mencari dari berbagai media online, buku sejarah, tetap saja
tidak ditemukan jejak asal usul si pembuatnya.
Seperti halnya dengan kitab-kitab (red, kitab =
buku jaman lampau) yang lain, yang tidak diketahui siapa penulisnya (anonim)
dan kapan waktu pembuatanya. Identitas dan waktu pembuatannya seperti inilah
yang terkadang menyulitkan analisa dari kebenaran isi kandungan materi yang
disampaikannya, hal ini dikarenakan referensi tentang latar belakang dan tujuan
penulisannya itu sendiri tidak jelas.
Padahal seperti diketahui bahwa kitab Pararaton,
sudah seolah-olah mendarah daging di masyarakat luas, yang merupakan cerita
sejarah nusantara masa lampu pada masa abad ke-12 sampai dengan abad ke-15, dan
bahkan menjadi sumber inspirasi dari berbagai teori dan buku-buku yang beredar
dimasyarakat, apakah itu buku sejarah resmi, kisah sejarah (epik) atau hanya
sekedar cerita fiksi dan mitos.
Bahkan dalam buku-buku sejarah untuk dunia
pendidikan juga tidak lepas dari pengaruhnya. Akhirnya menambah kekentalan dan
semakin melekat pengaruh kitab Pararaton itu terhadap pola pikir dan
pengetahuan masyarakat tentang sejarah.
Dalam berbagai media massa dan dunia hiburan
sering mendapati cerpen, kisah-kisah sinetron, film-film atau cerita-cerita
fiksi tentang kerajaan bahkan cerita resmi sejarah pun mempunyai rekontruksi,
alur dan muatan yang sama dengan yang ada dalam kitab Pararaton tersebut.
Suatu contoh kisah-kisah fiksi semisal Babad
Tanah Leluhur, Tutur Tinular, Arok Dedes dan lain sebagainya yang pengambilan
sebagian tokoh dan alur ceritanya yang disebutkan dalam kitab Pararaton. Bahkan
banyak budayawan serta seniman yang membuat karya-karyanya terinspirasi dari
situ juga.
Seperti halnya Pramoedya Ananta Toer yang
mengarang kisah Arok Dedes yang menurut versi beliau adalah kisah yang
didasakan pada logika dan realistis, soalnya banyak pengarang tentang kisah Ken
Arok dan Ken Dedes sebelumnya yang selalu tidak realistik tidak bersifat
manusiawi dan penuh mistis yang tidak ada dasar logikanya.
Kemudian ada juga contohnya seperti acra yang
merupakan peninggalan sejarah, sering diperlambangkan atau diibaratkan sebagai
tokoh dalam cerita Paparaton, misal Arca Prajna Paramita yang
diibaratkan sebagai tokoh wanita rupawan Ken Dedes, dan ini malah menguatkan
tentang cerita Ken Dedes itu sendiri, padahal acra itu sebagai wujud perupaan
sebagai media pemujaan atau peribadatan terhadap dewa-dewi bagi para
pemeluknya, dan itu ditelan mentah-mentah tanpa dilakukan riset dan logika
pasti tentang kebenarannya.
Sungguh teramat luar bisa, pengaruh kitab
Pararaton terhadap cerita sejarah kebangsaan di negeri ini, padahal bukti-bukti
sejarah belum bisa menjastifikasi kebenarannya. Pramoedya Ananta Toer
mengangkat cerita Ken Arok dan Ken Dedes melalui judul bukunya Arok Dedes,
walaupun dibuat serealistik mungkin dengan bersandarkan ke kenyataan kehidupan
yang manusiawi, tapi ada satu hal yang terlupakan, yaitu kebenaran dari sosok
Ken Arok atau Ken Dedes itu sendiri, bahwa apakah meraka pernah ada dan nyata
dalam sejarah. Soalnya nama Ken Arok yang selalu dicocok-cocokan dan dianggap
sama dengan Sri Rajasa Sang Amurwabhumi raja kerajaan Tumapel (Singhasari versi
kitab Pararaton).
Ken Dedes dengan beberapa tokoh tambahan lainnya
seperti Tunggul Ametung dan Mpu Gandring yang terkenal dengan keris saktinya,
apakah mereka juga adalah benar-benar para pelaku sejarah? Bukti-bukti sejarah
yaitu prasati-prasati yang ditemukan, mempunyai kemiripan tahun dan tempat yang
sama dengan Ken Arok, mungkin bisa jadi itu sosok Sri Rajasa Sang Amurwabhumi
yang dimaksud Ken Arok disana, mengingat dijelaskan juga gelaran dari Ken Arok
yang diangkat raja pada waktu itu dan sama dengan yang disampaikan kitab
Pararaton, tapi apakah Ken Dedes dengan yang lainnya ada juga bukti sejarahnya?
Apakah benar pula cerita yang menghiasi latar belakang dan kehidupan Ken Arok
itu seperti itu adanya? (Manusia berandalan, seorang kriminal, yang akhirnya
menjadi raja besar pendiri Wangsa Rajasa leluhurnya raja-raja Majapahit).
Satu hal yang pasti adalah bahwa nama
tokoh-tokoh beken seperti Ken Arok, Ken Dedes, Tunggul Ametung dan Mpu
Gandring, akan selalu menghiasi bingkai cerita-cerita masyarakat dalam segala
bentuk dan versi terbarunya, dan mereka itu hanyalah nama-nama yang cuma ada
dalam Kitab Pararaton, tidak ada sumber sejarah lain yang memunculkan nama
mereka.
Keris Mpu Gandring dibuat seolah-olah keris yang
mempunyai manuat, teramat sakti, berisi kutukan dan menjadi misteri bagi mereka
yang terobsesi oleh hal-hal mistis, bahkan sering dijadikan bahan penipuan
untuk kepentingan memperoleh keuntungan bisnis semata dengan membawa-bawa nama
besar mistis dari keris itu sendiri. Sungguh merupakan kebohongan dan kesesatan
yang teramat nyata, tetapi mengapa sebagian masyarakat menerima begitu saja
mitos yang tidak ada dasar logikanya. Penerimaan itu tentu saja bisa terjadi
karena kitab Pararaton sendiri secara keseluruhan sudah diterima dalam pola
pikir kehidupan masyarakat luas.
Pertanyaan selanjutnya, apakah tidak salah
kaprah bangsa ini dalam membesar-besarkan kisah mereka? padahal dalam setiap
penayangan-penayangan atau tulisan-tulisan yang dibuat selalu ada unsur-unsur
sejarah yang dimasukan, pada akhirnya sesuatu yang asalnya dari fantasi menjadi
menjelma sebagai bentuk sejarah kebangsaan, malah menjadi kebanggan pula.
Sri Rajasa Sang Amurwabhumi alias Ken Arok
adalah raja besar kerajaan Tumapel pendiri dinasti raj-raja Wangsa Rajasa, yang
merupakan cikal bakal dari lahirnya kerajaan besar sebagai penerusnya yaitu
kerajaan Majapahit. Sri Rajasa Sang Amurwabhumi alias Ken Arok dikerdilkan
sedemikian rupa oleh cerita kitab Pararaton sebagai manusia hina dalam
pandangan masyarakat, brandalan, kriminal, yang tumbuh jadi serorang raja
besar.
Padahal untuk menjadi seorang negarawan, apalagi
seorang raja besar yang mampu menyatukan wilayah sebegitu luasnya, mulai dari
perbatasan Kali Brebes di Jawa Tengah sampai ke penghujung Jawa Timur, haruslah
seorang yang punya visi dan misi kenegarawanan, terlebih harus dapat diterima
dan didukung masyarakat luas untuk tempo lama.
Kitab Pararaton atau sering disebut juga dengan
istilah kitab para raja, kitab para datu, atau kitab para ratu adalah kitab
yang berisikan informasi sejarah, ada penandaan tahun, tempat dan nama para
pelaku itu sendiri, tetapi buku ini dirangkai dengan cerita fiksi, ada narasi
atau pengkisahan yang memicu dan mempengaruhi emosi pembaca. Kepintaran dalam
memberikan lemparan-lemparan kisah yang dramastis, yang sangat cocok dengan nuansa
perasaan dan rasa sentimentil masyarakat pada umumnya.
Terdapat kisah yang digambarkan secara mistis,
erotis, konflik dan lain sebagainya walau tidak sedetail dan segamblang novel,
tapi cukup memberikan berbagai polemik pertanyaan pada akhirnya. Ini juga yang
memicu orang untuk selalu mengembangkannya.
Keglobalan dari cerita inilah yang menjadi bahan
inspirasi bagi para penulis lainnya. Penandaan tahun atau waktu peristiwa tidak
selamanya cocok dengan bukti-bukti sejarah, tapi setidaknya ini dianggap cukup
menjadi bahan referensi bagi perjalanan sejarah bangsa ini yang teramat minim
dengan dokumentasi sejarah.
1 komentar:
Pararaton komik fiksi jawa jadul
Gga bisa jd data2 sejarah
Posting Komentar