Luar Negeri MengagumiHarmoni Musik Pukul Kayu
          Bila kita menyebut wilayah Sulawesi Utara, banyak orang 
mungkin hanya mengetahui tentang wisata laut yang indah di Bunaken. Atau
 bubur Manado, makanan khas yang sudah merambah ke seluruh wilayah 
Indonesia.Tapi mungkin banyak orang yang lupa atau tidak 
memperhatikan lagi tentang alat musik khas Sulawesi Utara yakni 
Kolintang. Alat musik dari kayu lokal yang ringan namun kuat ini aslinya
 berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara, dan sudah dikenal sejak puluhan 
tahun silam.         Permainan musik Kolintang bukanlan bersifat
 individual. Alat musik ini minimal harus dimainkan oleh enam orang 
dengan fungsi masing-masing. Misalnya memegang melodi, gitar, ukulele, 
banjo, dan bas.Sejarahnya, alat musik ini ditemukan oleh seorang 
pria asal Minahasa yang bernama Lintang. Nama kolintang berasal dari 
suara tong (nada rendah), ting (nada tinggi), dan tang (nada biasa).
        Kolintang biasa dimainkan untuk mengisi berbagai acara, seperti 
pesta pernikahan, penyambutan, peresmian, pengucapan syukur, keagamaan, 
dan pada acara pertandingan. Hingga kini, masih banyak pewaris-pewaris 
budaya yang terus melestarikan Kolintang. Bahkan hingga ke 
sekolah-sekolah, banyak dipelajari cara memainkan alat musik Kolintang.
        Masih banyak perajin alat musik Kolintang di Sulut, bahkan asli 
orang Sulut yang sudah bermukim di daerah lain. Untuk membuat Kolintang,
 kita harus mengenali jenis kayu dan menentukan kayu tertentu untuk not 
atau tangga lagu tertentu pula.Satu set kolintang biasanya dibutuhkan waktu antara tiga pekan hingga satu bulan.Satu
 set alat musik kolintang, terdiri dari sembilan jenis alat musik, mulai
 dari melodi, penggiring hingga celo dan bass serta dijual dengan harga 
Rp 25,25 juta. Penutup kolintang dijual Rp 150.000, pemukul kolintang 
satu set Rp 500.000 dan stan partitur kolintang per satuan seharga Rp 
150.000. Namun harga tersebut bukan standar secara keseluruhan 
penjualan, karena harga tergantung kualitas dan banyaknya alat musik.
         Dan yang bagus untuk musik kolintang adalah kayu waru gunung 
dan cempaka. Kayu dengan bentuk yang pendek akan menghasilkan tangga 
lagu yang tinggi. Sebaliknya, kayu yang panjang akan menghasilkan tangga
 lagu (not) yang rendah.Pada awalnya, Kolintang sempat dilarang 
dimainkan pada masa penjajahan Belanda. Sebabnya Kolintang digunakan 
untuk mengiringi upacara ritual pemujaan arwah leluhur oleh masyarakat 
setempat.        Seiring dengan waktu, ternyata Kolintang tidak 
hanya digemari di Sulut, tapi juga di daerah lain termasuk di Jawa. 
Sambutan publik terhadap kehadiran kolintang yang diiringi gitar, 
ukulele, dan string bas ini ternyata luar biasa. Bahkan, kolintang saat 
itu sempat menjadi salah satu media kampanye.         Selanjutnya, 
Kolintang terus berkembang. Di mana tidak sedikti kelompok musik yang 
sudah pentas melanglang ke berbagai negara di dunia, seperti Singapura, 
Australia, Belanda dan sekitarnya hingga Jerman, Amerika Serikat, dan 
Inggris. Kolintang juga sempat tampil di Swiss, Denmark, Swedia, dan 
Norwegia.Di era 1990-an, Kolintang sangat populer bagi masyarakat di
 dalam negeri maupun luar negeri. Pembuat Kolintang pun mulai menjamur.
          Pemesanan dari luar negeri terus mengalir, antara lain dari 
Australia, China, Korea Selatan, Hong Kong, Swiss, Kanada, Jerman, 
Belanda, dan Amerika Serikat. Hampir semua kedutaan besar Indonesia di 
dunia mengoleksi alat musik kolintang buatannya. Juga Twilite Orchestra 
pimpinan Addie MS memercayakan penggunaan alat musik kolintang dalam 
konser yang menggunakan alat musik kolintang.          Kini, alat 
musik Kolintang banyak digunakan dalam berbagai pagelaran di dalam 
maupun luar negeri. Selain harmoni dari berbagai nada yang terdengar 
indah, lantunan suara Kolintang juga mampu memukau orang yang 
mendengarnya. Bahkan Luar Negeri pun hingga kini masih menganggumi 
harmoni musik pukul kayu ini. (Andrian Novery Copy Right ©2000 Suara 
Karya OnlinePowered by Hanoman-i
Musik Kolintang
Selasa, 25 Februari 2014
Luar Negeri MengagumiHarmoni Musik Pukul Kayu
          Bila kita menyebut wilayah Sulawesi Utara, banyak orang 
mungkin hanya mengetahui tentang wisata laut yang indah di Bunaken. Atau
 bubur Manado, makanan khas yang sudah merambah ke seluruh wilayah 
Indonesia.Tapi mungkin banyak orang yang lupa atau tidak 
memperhatikan lagi tentang alat musik khas Sulawesi Utara yakni 
Kolintang. Alat musik dari kayu lokal yang ringan namun kuat ini aslinya
 berasal dari Minahasa, Sulawesi Utara, dan sudah dikenal sejak puluhan 
tahun silam.         Permainan musik Kolintang bukanlan bersifat
 individual. Alat musik ini minimal harus dimainkan oleh enam orang 
dengan fungsi masing-masing. Misalnya memegang melodi, gitar, ukulele, 
banjo, dan bas.Sejarahnya, alat musik ini ditemukan oleh seorang 
pria asal Minahasa yang bernama Lintang. Nama kolintang berasal dari 
suara tong (nada rendah), ting (nada tinggi), dan tang (nada biasa).
        Kolintang biasa dimainkan untuk mengisi berbagai acara, seperti 
pesta pernikahan, penyambutan, peresmian, pengucapan syukur, keagamaan, 
dan pada acara pertandingan. Hingga kini, masih banyak pewaris-pewaris 
budaya yang terus melestarikan Kolintang. Bahkan hingga ke 
sekolah-sekolah, banyak dipelajari cara memainkan alat musik Kolintang.
        Masih banyak perajin alat musik Kolintang di Sulut, bahkan asli 
orang Sulut yang sudah bermukim di daerah lain. Untuk membuat Kolintang,
 kita harus mengenali jenis kayu dan menentukan kayu tertentu untuk not 
atau tangga lagu tertentu pula.Satu set kolintang biasanya dibutuhkan waktu antara tiga pekan hingga satu bulan.Satu
 set alat musik kolintang, terdiri dari sembilan jenis alat musik, mulai
 dari melodi, penggiring hingga celo dan bass serta dijual dengan harga 
Rp 25,25 juta. Penutup kolintang dijual Rp 150.000, pemukul kolintang 
satu set Rp 500.000 dan stan partitur kolintang per satuan seharga Rp 
150.000. Namun harga tersebut bukan standar secara keseluruhan 
penjualan, karena harga tergantung kualitas dan banyaknya alat musik.
         Dan yang bagus untuk musik kolintang adalah kayu waru gunung 
dan cempaka. Kayu dengan bentuk yang pendek akan menghasilkan tangga 
lagu yang tinggi. Sebaliknya, kayu yang panjang akan menghasilkan tangga
 lagu (not) yang rendah.Pada awalnya, Kolintang sempat dilarang 
dimainkan pada masa penjajahan Belanda. Sebabnya Kolintang digunakan 
untuk mengiringi upacara ritual pemujaan arwah leluhur oleh masyarakat 
setempat.        Seiring dengan waktu, ternyata Kolintang tidak 
hanya digemari di Sulut, tapi juga di daerah lain termasuk di Jawa. 
Sambutan publik terhadap kehadiran kolintang yang diiringi gitar, 
ukulele, dan string bas ini ternyata luar biasa. Bahkan, kolintang saat 
itu sempat menjadi salah satu media kampanye.         Selanjutnya, 
Kolintang terus berkembang. Di mana tidak sedikti kelompok musik yang 
sudah pentas melanglang ke berbagai negara di dunia, seperti Singapura, 
Australia, Belanda dan sekitarnya hingga Jerman, Amerika Serikat, dan 
Inggris. Kolintang juga sempat tampil di Swiss, Denmark, Swedia, dan 
Norwegia.Di era 1990-an, Kolintang sangat populer bagi masyarakat di
 dalam negeri maupun luar negeri. Pembuat Kolintang pun mulai menjamur.
          Pemesanan dari luar negeri terus mengalir, antara lain dari 
Australia, China, Korea Selatan, Hong Kong, Swiss, Kanada, Jerman, 
Belanda, dan Amerika Serikat. Hampir semua kedutaan besar Indonesia di 
dunia mengoleksi alat musik kolintang buatannya. Juga Twilite Orchestra 
pimpinan Addie MS memercayakan penggunaan alat musik kolintang dalam 
konser yang menggunakan alat musik kolintang.          Kini, alat 
musik Kolintang banyak digunakan dalam berbagai pagelaran di dalam 
maupun luar negeri. Selain harmoni dari berbagai nada yang terdengar 
indah, lantunan suara Kolintang juga mampu memukau orang yang 
mendengarnya. Bahkan Luar Negeri pun hingga kini masih menganggumi 
harmoni musik pukul kayu ini. (Andrian Novery Copy Right ©2000 Suara 
Karya OnlinePowered by Hanoman-i
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
untuk detailnya bisa ke http://www.kolintang.co.id
Posting Komentar